Jumat, 19 Maret 2010

Sopir Angkutan Ancam Obrak Abrik SPBU

* Kesal Akibat Solar Langka

SAMPIT, PPOST
Merasa kesal dengan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dan juga menganggap pemerintah daerah tidak proaktif menyelesaikan permasalahan tersebut, sejumlah sopir angkutan di Kotawaringin Timur mengancam akan mengobrak-abrik Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU). Pasalnya, sudah sepekan terakhir SPBU melayani penjualan solar hanya hingga pukul 08.00 Wib-09.00 Wib.
Hal itu diakui seorang sopir truk angkutan niaga, Wandi (40) kemarin, mereka kesal sebab sudah mengantri sejak dinihari namun tidak kebagian solar.
Seperti di SPBU Jalan Sudirman Km 3,5, SPBU Pelita baru pukul 08.00 Wib sudah ditutup. Tempat pengisian solar (nosel) sudah ditutup dengan terpal kain menandakan solar habis.
“Jelas saja kami kecewa. Pasalnya, setiap hari memerlukan BBM solar untuk operasional. Saat tidak mendapatkan solar subsidi tersebut, maka kami kesulitan mengoperasionalkan truk sebagai angkutan barang. Padahal kami selalu mengantarkan sembako ke daerah pelosok, apabila tidak ada solar tentunya sulit bagi kami menjalankan truk yang ada,” jelas Wandi.
Menurutnya, tidak hanya angkutan sembako ke daerah pelosok, melainkan angkutan di pelabuhan, pasar dan lainnya ikut terganggu. Sebab puluhan bahkan ratusan truk hanya mengantri solar di SPBU tanpa bisa beraktivitas apa pun kecuali hanya menunggu solar. Sejumlah sopir mengaku resah dengan kejadian ini, sebab pada tahun lalu telah terjadi hal yang sama. Akibatnya ratusan truk turun ke jalan melakukan demo.
“Tapi yang akan kami lakukan besok (hari ini) adalah mengecek langsung ke SPBU yang tutup pada pagi hari. Jangan sampai, solar habis hanya sebagai alasan dari pengelola untuk dijual lagi ke pelangsir. Sedangkan yang dirugikan tidak hanya kami tapi juga masyarakat luas di Kotim. Sebab untuk mendapatkan solar non subsidi harganya terlalu mahal. Sementara solar subsidi memang diperuntukan bagi angkutan umum untuk kepentingan masyarakat bukan industry,” jelas Wandi.
Sementara pengelola agen solar industri Riri, mengaku hal itu disebabkan harga solar industri melonjak naik. Rata-rata solar industri saat ini Rp7.000 per liternya, kemudian terjadi pengurangan suplai dari depo PT Pertamina 5-10 ton untuk solar subsidi di setiap SPBU di Kotim. Sedangkan permintaan tetap, sehingga ada oknum spekulan solar subsidi yang memanfaatkan kejadian tersebut.
Kuat dugaan solar subsidi dipermainkan oleh spekulan ke industri untuk mengambil keuntungan lebih banyak.
“Saya menyayangkan sikap penegak hukum yang seolah membiarkan peristiwa ini terjadi. Termasuk tim dari pemerintah daerah yang pernah dibentuk namun tidak melakukan pengawasan apa pun. Seharusnya mereka bisa mencegah hal ini terjadi, sebab tidak hanya masyarakat yang rugi tapi kami pun mengalami kerugian berupa penurunan omset,” kata Riri. naf

0 komentar:

Posting Komentar