Selasa, 23 Februari 2010

KASAD Akan Resmikan Monumen Panglima Batur

MUARA TEWEH, PPOST
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI George Toisutta, dijadwalkan akan meresmikan monumen Panglima Batur di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara (Barut).
"Peresmian monumen seorang pejuang perang di Barito itu akan dilakukan Kasad, pertengahan Maret 2010," kata Bupati Barito Utara, Ir H Achmad Yuliansyah, di Muara Teweh, Senin (22/2).
Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) itu nantinya meresmikan monumen Panglima Batur setinggi empat meter terbuat dari tembaga (perunggu) dengan berat 800 kilogram.
Monumen yang sudah berdiri itu, dibuat secara khusus oleh pematung I Nyoman Alim Mustapha dari Dusun Batikan Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah di taman Seribu Riam yang terletak di depan rumah dinas bupati setempat di Muara Teweh.
"Jadi monumen sudah berdiri di lokasi tersebut, tinggal diresmikan. Selain itu, juga telah dikunjungi Pangdam VI Tanjungpura Mayjen TNI Tono Suratman pada pertengahan Januari, " kata dia.
Menurut Yuliansyah, direncanakan setelah diresmikannya monumen itu, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barut akan mengusulkan pejuang Panglima Batur asal daerah setempat itu, menjadi pahlawan nasional.
"Tahun ini pejuang rakyat pedalaman Sungai Barito itu juga kami usulkan menjadi pahlawan nasional," jelasnya.

Pahlawan nasional
Usulan menjadi pahlawan nasional kepada pemerintah pusat terhadap pejuang perang Barito yang terjadi tahun 1865-1905 silam itu sebagai bentuk penghormatan kepada pejuang, apalagi Panglima Batur itu adalah kelahiran Kabupaten Barut sendiri.
Panglima Batur lahiran tahun 1852 di Desa Buntok Baru Kecamatan Teweh Tengah, Barut, meninggal di usia 53 atau pada tanggal 5 Oktober 1905 dan dimakamkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
"Sebagai bahan pendukung rencana pengusulan itu, paling lambat awal tahun depan kami akan menggelar seminar tentang perjuangan Panglima Batur di Muara Teweh," katanya.
Ia mengatakan pemerintah di kabupaten pedalaman Kalteng itu juga telah menyusun buku sejarah tentang perjuangan Panglima Batur bersama rakyat Barito lainnya melawan Belanda.
"Data pendukung juga sebagian dihimpun langsung dari ahli waris beliau, saat ini ada yang masih hidup," katanya.
Dalam buku itu, diceritakan sejarah terbunuhnya Panglima Batur dengan cara diduga digantung oleh Belanda tahun 1905 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Seorang tentara Belanda yang menghukum gantung pejuang rakyat pedalaman Barito ini juga merupakan pelaku yang mengeksekusi pejuang rakyat Aceh yang juga pahlawan Nasional bernama Teuku Umar.
Pejuang di Daerah Aliran Sungai Barito itu merupakan tangan kanan pejuang lainnya yaitu Sultan Muhammad Seman (anak Pangeran Antasari-Pahlawan Nasional Kalimantan Selatan) ini bersama pasukannya hanya dilengkapi alat sederhana melawan Belanda yang menggunakan persenjataan lengkap.
Kawasan yang menjadi tempat pertempuran itu berada di sekitar Desa Buntok Baru, Butong, Lete, Mantehep (dekat Muara Teweh) bahkan sampai ke wilayah Manawing dan Beras Kuning wilayah hulu Barito.
Pejuang dari DAS Barito ini ditangkap Belanda di Muara Teweh pada 24 Agustus 1905 dan dibawa ke Banjarmasin, kemudian dihukum gantung dengan tuduhan makar, hukuman sempat tertunda sepekan tapi setelah akan digantung ternyata pejuang ini sudah meninggal.
Jasad pejuang itu tetap dibawa ke tiang gantungan untuk diperlihatkan kepada masyarakat bahwa Panglima Batur benar-benar dihukum gantung dan jenazahnya dikubur di Kuin Banjarmasin, selanjutnya pada tanggal 21 Aril 1958 makamnya dipindahkan ke belakang Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin.ant

0 komentar:

Posting Komentar