Selasa, 02 Maret 2010

Ir Seokarno Lebih Tepat Diabadikan pada Jembatan Kahayan


PALANGKA RAYA, PPOST
Polemik pengalihan nama jalan menuju Bandara Tjilik Riwut dari Adonis Samad menjadi Ir Soekarno, terus berkembang. Tak hanya keluarga/ ahli waris yang menuntut pengembalian nama jalan tersebut menjadi Adonis Samad lagi. Kalangan DPRD Palangka Raya, mahasiswa dan masyarakat, banyak yang menentang pengalihan nama jalan itu.
Kemaren (1/3), anggota DPRD Palangka Raya kembali bersuara perihal pengalihan nama jalan tersebut. Mereka mendesak supaya nama pahlawan pejuang berdirinya Provinsi Kalimantan Tengah, Adonis Samad, tetap diabadikan sebagai nama jalan menuju pintu gerbang udara daerah ini sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya. Sebaliknya, nama Ir Soekarno lebih tepat diabadikan sebagai nama Jembatan Kahayan. Hal ini tidak terlepas dari sisi sejarah. Bahwa jembatan tersebut diresmikan oleh putri Ir Soekarno, yakni Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat sebagai Presiden RI. Kemudian dari sisi letak, Jembatan Kahayan sangat berdekatan dengan tugu peletakan batu pertama pembangunan Kota Palangka Raya yang nota bene dilakukan sendiri oleh Presiden RI pertama Ir Soekarno.
Anggota DPRD Palangka Raya Pdt Nelson CV Rembet malah menawarkan dua alternatif sebagai wadah untuk mengabadikan nama sang proklamator tersebut. Pertama, nama Ir Soekarno diabadikan sebagai nama Jembatan Kahayan dan ruas jalan hingga persimpangan ke Kabupaten Gunung Mas dan Barito Selatan. Alternatif kedua, nama Ir Soekarno diabadikan sebagai nama jalan lingkar dalam didampingi nama HM Hatta.
“Tapi menurut saya lebih tepat diabadikan sebagai nama Jembatan Kahayan dan ruas jalan menuju Gumas dan Barsel. Selain lebih prestisius karena jarak tempuhnya cukup panjang, Jembatan Kahayan melambangkan terbukanya isolasi daerah-daerah yang ada di Bumi Tambun Bungai ini,” saran Nelson.
Rekan sejawat Nelson, Yansen A Binti meminta Pemda tak latah dalam memberi nama jalan. Jalan menuju Bandara tak harus bernama Ir Soekarno. “Betul bahwa pemberian nama jalan adalah kewenangan Pemda. Tapi sebaiknya penamaan jalan harus aspiratif,” ujar Yansen.
Ketua Komisi II tersebut malah menyayangkan nama tokoh sekaliber Ir Soekarno diabadikan sebagai nama ruas jalan yang hanya beberapa kilometer saja. Nama Ir Soekarno lebih layak diabadikan pada ruas jalan menuju Gumas dan Barsel. Agar polemik seperti ini tak berkepanjangan di masa mendatang, Yansen menyarankan agar penamaan jalan ke depan dipatenkan dalam bentuk Perda. Tentu saja Perda itu mengakomodir aspirasi masyarakat. “Dalam waktu dekat kami juga akan mengundang para tokoh untuk membicarakan pengalihan nama jalan tersebut sekaligus mencari formulasi solusi yang tepat untuk ke depan,” ujar Yansen.
Yansen tetap menuntut Pemerintah Kota Palangka Raya mengembalikan nama jalan menuju Bandara Tjilik Riwut menjadi Jalan Adonis Samad lagi. Sebab, pengalihan nama itu sangat memengaruhi dokumen-dokumen penting dan berharga milik masyarakat setempat. “Menuruti apa kata rakyat tak rugi juga kok dan bukan menjatuhkan wibawa pemerintah. Malah pemerintah yang aspiratif sangat didambakan dan pada akhirnya meninggikan citra pemerinta itu sendiri. Jangan gengsi-gengsian,” tandas Yansen.rho

0 komentar:

Posting Komentar