SAMPIT, PPOST
Warga Parenggean, meminta kepada pihak pemkab untuk memuluskan jalan msuk ke daerah tersebut. Sebab selama ini jalan tersebut memang sukar dilalui karena kondisinya yang rusak. Kondisi tersebut terlihat hampir 10 tahun terakhir ini.
Kendati ada pengerjaan proyek perbaikan namun terkesan setengah hati, karena hampir 13 Km panjang dari simpang pelantaran jalan tersebut masih banyak yang sukar dilalui, ironisnya di wilayah tersebut berdiri puluhan perkebunan kelapa sawit, yang merupakan sumber penghasilan yang besar bagi daerah tersebut.
Usaha yang dilakukan pun hanya hanya sebatas usulan melalui Musrenbang saja. Akan tetapi usaha tersebut cukup baik, sebab tahun ini jalan tersebut sudah masuk dalam proyek Dinas Pekerjaan Umum Provinsi. Jadi jalan provinsi melalui Simpang Pelantaran ini dipastikan tahun ini mulus.
Kepala Dinas PU Kotim, Ir. Juanda mengakui bahwa jalan Parenggean merupakan jalan provinsi dan kewenangan perbaikan berupa peningkatan jalan adalah dinas PU Kalteng. Meski ada dana sharing dengan pemerintah kabupaten katanya, namun tidak terlalu besar. Akan tetapi tahun ini sudah dianggarkan perbaikan jalan itu.
“Perbaikan jalan tidak hanya di Kecamatan Parenggean melainkan di beberapa kecamatan lainnya juga di perhatikan jalannya,” jelas Juanda. Komentar yang sama juga dilontarkan, H Supian Hadi S Ikom. Ketua DPRD Kotim periode 2010-2015 yang saat ini sedang menjalani cuti tugas atas pencalonannnya sebagai bakal calon bupati kotim turut prihatin terhadap jalan tersebut.
Karena, dirinya telah menandatangani surat terkait perbaikan jalan dari Simpang Pelantaran Menuju Kecamatan Parenggea, ia yang juga asli warga Parenggean ini juga mengatakan sudah berusaha semampunya untuk membangun daerah asalnya itu agar lebih baik.
Sebab Parenggean bisa dikatakan paru-paru Kotim yang banyak memiliki Sumber Daya Alam serta Perusahaan Perkebunan sebagai pemasukan bagi daerah. Sehingga perlu berbagai perbaikan untuk pembangunan di wilayah itu.
“Saya tetap berusaha agar warga Parenggean dapat lebih mudah menggunakan akses jalan Parenggean-Sampit begitu pula sebaliknya dan ini akan jadi catatan saya. Saya menyadari tidak mudah membangun suatu wilayah namun jika kita terus berusaha dan berupaya maka keinginan itu pasti akan terwujud.
Sementara, seperti yang tergambar saat hujan deras mengguyur jalan tersebut, jalan semakin rusak hingga menimbulkan kubangan. Sebab banyak kendaraan roda empat terjebak di badan jalan. Pantauan koran ini akhir pekan tadi saat mengunjungi Parenggean, pengguna jalan memilih jalan Waru yakni perkebunan kelapa sawit dari kecamatan Cempaga.
Padahal, jalan poros utama Parenggean melalui Pelantaran. Disebabkan adanya jalan terjebak kerusakan jalan membuat pengguna jalan mencari jalan alternatif lainnya.
“Kami kecewa dengan pihak kecamatan. Karena tidak ada upaya untuk menimbun jalan yang rusak. Paling tidak pihak kecamatan bisa meminta bantuan kepada beberapa perusahaan perkebunan untuk menguruk jalan yang kubangan agar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Jangan mentang-mentang jalan sudah mau digarap lalu dibiarkan. Paling tidak menunggu sampai diperbaiki oleh pemerintah,” kata Anang (32) warga Desa Karang Tunggal saat di bincangi koran ini Minggu (15/3) lalu.naf
Warga Parenggean, meminta kepada pihak pemkab untuk memuluskan jalan msuk ke daerah tersebut. Sebab selama ini jalan tersebut memang sukar dilalui karena kondisinya yang rusak. Kondisi tersebut terlihat hampir 10 tahun terakhir ini.
Kendati ada pengerjaan proyek perbaikan namun terkesan setengah hati, karena hampir 13 Km panjang dari simpang pelantaran jalan tersebut masih banyak yang sukar dilalui, ironisnya di wilayah tersebut berdiri puluhan perkebunan kelapa sawit, yang merupakan sumber penghasilan yang besar bagi daerah tersebut.
Usaha yang dilakukan pun hanya hanya sebatas usulan melalui Musrenbang saja. Akan tetapi usaha tersebut cukup baik, sebab tahun ini jalan tersebut sudah masuk dalam proyek Dinas Pekerjaan Umum Provinsi. Jadi jalan provinsi melalui Simpang Pelantaran ini dipastikan tahun ini mulus.
Kepala Dinas PU Kotim, Ir. Juanda mengakui bahwa jalan Parenggean merupakan jalan provinsi dan kewenangan perbaikan berupa peningkatan jalan adalah dinas PU Kalteng. Meski ada dana sharing dengan pemerintah kabupaten katanya, namun tidak terlalu besar. Akan tetapi tahun ini sudah dianggarkan perbaikan jalan itu.
“Perbaikan jalan tidak hanya di Kecamatan Parenggean melainkan di beberapa kecamatan lainnya juga di perhatikan jalannya,” jelas Juanda. Komentar yang sama juga dilontarkan, H Supian Hadi S Ikom. Ketua DPRD Kotim periode 2010-2015 yang saat ini sedang menjalani cuti tugas atas pencalonannnya sebagai bakal calon bupati kotim turut prihatin terhadap jalan tersebut.
Karena, dirinya telah menandatangani surat terkait perbaikan jalan dari Simpang Pelantaran Menuju Kecamatan Parenggea, ia yang juga asli warga Parenggean ini juga mengatakan sudah berusaha semampunya untuk membangun daerah asalnya itu agar lebih baik.
Sebab Parenggean bisa dikatakan paru-paru Kotim yang banyak memiliki Sumber Daya Alam serta Perusahaan Perkebunan sebagai pemasukan bagi daerah. Sehingga perlu berbagai perbaikan untuk pembangunan di wilayah itu.
“Saya tetap berusaha agar warga Parenggean dapat lebih mudah menggunakan akses jalan Parenggean-Sampit begitu pula sebaliknya dan ini akan jadi catatan saya. Saya menyadari tidak mudah membangun suatu wilayah namun jika kita terus berusaha dan berupaya maka keinginan itu pasti akan terwujud.
Sementara, seperti yang tergambar saat hujan deras mengguyur jalan tersebut, jalan semakin rusak hingga menimbulkan kubangan. Sebab banyak kendaraan roda empat terjebak di badan jalan. Pantauan koran ini akhir pekan tadi saat mengunjungi Parenggean, pengguna jalan memilih jalan Waru yakni perkebunan kelapa sawit dari kecamatan Cempaga.
Padahal, jalan poros utama Parenggean melalui Pelantaran. Disebabkan adanya jalan terjebak kerusakan jalan membuat pengguna jalan mencari jalan alternatif lainnya.
“Kami kecewa dengan pihak kecamatan. Karena tidak ada upaya untuk menimbun jalan yang rusak. Paling tidak pihak kecamatan bisa meminta bantuan kepada beberapa perusahaan perkebunan untuk menguruk jalan yang kubangan agar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Jangan mentang-mentang jalan sudah mau digarap lalu dibiarkan. Paling tidak menunggu sampai diperbaiki oleh pemerintah,” kata Anang (32) warga Desa Karang Tunggal saat di bincangi koran ini Minggu (15/3) lalu.naf
0 komentar:
Posting Komentar