Senin, 15 Maret 2010

Siswa Berenang ke Sekolah


KUALA KURUN, PPOST
Sejumlah wilayah Kabupaten Gunung Mas kembali direndam banjir. Hal ini menyusul masih tingginya intensitas curah hujan yang melanda wilayah kabupaten setempat sehingga membuat Sungai Kahayan kembali meluap.
Salah satu wilayah yang paling parah dilanda banjir adalah Kelurahan Tampang Tumbang Anjir. Pada beberapa titik ketinggian permukaan air bahkan melampauai pinggang orang dewasa, bahkan setinggi 1,5 meter. Sejumlah rumah berkontruksi kayu dengan model panggung bahkan mulai terendam dalam beberapa hari terakhir.
Akibat banjir tersebut, menurut sejumlah warga Gumas, cukup menyulitkan. Warga terhambat dalam melakukan aktivitas sehari-hari lantaran akses jalan mereka terendam air yang cukup tinggi. “Terpaksa pakai jukung (perahu.red) untuk berangkat ke tempat kerja,” keluh salah seorang warga Tampang Tumbang Anjir, kemaren.
Yang paling miris, anak sekolah terpaksa berbasahan karena harus berenang untuk berangkat menuju sekolahnya. Salah seorang siswa SMPN 4 Kurun mengaku banjir yang merenam ruas jalan menuju ke sekolahnya tahun ini termasuk yang terparah. Sebab, ketinggian air melebihi pinggangnya. Padahal, dahulu banjir yang terjadi paling tinggi selutut siswa SMP. Ia menduga semakin parahnya banjir yang melanda lantaran praktik penebangan pohon yang terjadi di wilayah itu, sehingga daerah resapan air menjadi berkurang. Di satu sisi intensitas curah hujan tak kalah tinggi.
“Otomatis saja kalau pepohonan makin berkurang maka daerah resapan air makin menurun, sehingga banjir tak terelakkan lagi,” keluhnya.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten setempat segera mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku penebangan pohon. Sebab, ulah mereka sangat merugikan masyarakat. Tak hanya banjir yang akan terjadi, tapi juga bencana lain seperti tanah longsong dan lain-lain. “Pemkab harus cepat mengambil tindakan antisipasi untuk menyelamatkan Gumas. Kalau tidak, kondisi Gumas sekamin parah dan permukaan air banjir pada tahun-tahun mendatang akan semakin tinggi,” tukasnya.
Kepala SMPN 4 Kurun, Lewiatie, membenarkan banjir yang melanda ruas jalan menuju sekolahnya. Kata Lewiatie, musibah banjir itu membuat kegiatan belajar mengajar di SMPN 4 Kurun menjadi terganggu. Sejumlah guru dan siswa banyak yang tidak turun karena tidak ada jalan alternatif lain menuju. Sejumlah siswa yang turun ke sekolah harus membawa pakaian ganti karena harus melewati ruas jalan yang banjir sepanjang sekitar 200 meter.
“Ada jalan alternatif lain, namun harus melanggar aturan sebab melewati bandara dengan menerobos pagar kawat berduri yang dibuat oleh pihak bandara. Itu hanya dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, bila dilihat oleh pihak bandara maka tidak akan dizinkan dan untuk sekarang ini kita hanya menunggu sampai banjir surut atau dengan memaksa diri walaupun sekolah harus terlambat dari waktu biasa,” ungkap Lewiatie.
Ia berharap Pemerintah Daerah setempat melalui dinas terkait untuk dapat membantu dalam mengatasi masalah ruas jalan yang terendam banjir ini dengan memberikan timbunan sekitar 1,5 meter. Sebab, banjir terjadi tiap tahun dalam waktu yang relatif lama.
Siswa di SMPN 4 Kurun sendiri berjumlah 90 orang dengan tenaga pengajar 15 orang guru dan untuk setiap tahunnya jumlah siswa ini selalu bertambah sehingga dengan keadaan sekarang tentu sangat membutuhkan perhatian dari Pemerintah Daerah.nth

0 komentar:

Posting Komentar