Kadistanak, Tute Lelo, panen perdana cabe |
PALANGKA RAYA - Melonjaknya harga jual cabe rawit di pasaran hingga
melebihi Rp 100 ribu per kilogram (Kg), tentu sangat menguntungkan bagi para
petani tanaman tersebut. Kondisi ini semestinya dimanfaatkan secara serius oleh
petani cabe untuk meningkatkan hasil produksinya, karena akan berimbas kepada
meningkatnya penghasilan.
Seperti yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Makmur Mandiri di Kelurahan Petuk Katimpun, Kecamatan Rakumpit,
Kota Palangka Raya, tingginya harga cabe sekarang ini dimanfaatkan dengan lebih
menggiatkan penanaman cabe dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan. Untuk
panen perdana dari dua petak, hasilnya mencapai lebih dari 2 ton.
Hamparan tanaman cabe yang subur
dengan buah yang memikat ini, terlihat saat Kepala Dinas Pertanian dan
Peternakan (Distanak) Provinsi Kalteng, Tute Lelo didampingi sejumlah stafnya,
meninjau ke lokasi lahan milik Kelompok Tani Makmur Mandiri, Jumat (4/2).
“Penanaman cabe ini sebenarnya
masih uji coba, dan kedepannya akan kita programkan terus. Karena kita ketahui
selama ini, cabe menjadi salah satu tanaman yang membuat inflasi di daerah
kita,” jelas Tute.
Dikatakan, sejak akhir tahun 2010
hingga akhir tahun 2011, Distanak Kalteng mempunyai program untuk pengembangan
holtikultura dataran rendah termasuk cabe, dengan dana dari APBD Provinsi dan
APBN, yang diperuntukan bagi bibit, pupuk, dan pengolahan lahan. Karena itu,
diharapkan kepada semua Kabupaten/Kota bisa menanam cabe, sehingga kedepan
Kalteng tidak lagi bermasalah dengan cabe.
“Kalau kita sudah bisa
menghasilkan sendiri, maka kita tidak usah lagi mengharap kiriman cabe dari
Pulau Jawa, karena di Kalteng ternyata potensial untuk lebih dikembangkan,”
ucap Tute.
Dalam panen perdana ini, dari
setiap pohon yang ditimbang, rata-rata menghasilkan cabe sebanyak 1,5 Kg,
sehingga hasilnya mencapai sekitar 350 Kg sekali panen. Sekarang ini, memang
hasil cabe Kalteng untuk daerah kita sendiri belum memenuhi, tetapi paling
tidak, diharapkan bisa menetralkan harga pasaran khususnya di Kota Palangka
Raya.
Untuk pupuk, menurut Tute, sebenarnya
tidak ada masalah. Petani cabe diharapkan menggunakan pupuk organik atau pupuk
kandang, karena kualitas cabe yang dihasilkan sudah cukup bagus.
Diungkapkan, dalam program tahun 2011, anggaran per
kelompok dari APBN sekitar Rp 45 juta, dan nanti akan diupayakan adanya bantuan
dari APBD Provinsi. Dana tersebut nantinya langsung masuk ke rekening kelompok
tani, seperti dana bergulir. Karena untuk cabe ini, kalau petani berhasil
melakukan panen awal, maka akan terus berlanjut tergantung dari kemauan para petani
itu sendiri. Umumnya, untuk tanaman cabe dalam setahun bisa dilakukan empat
kali panen. sya
0 komentar:
Posting Komentar