Minggu, 06 Februari 2011

Distanak Kalteng Panen Perdana Ujicoba Tanaman Cabe

Kadistanak, Tute Lelo, panen perdana cabe
PALANGKA RAYA - Melonjaknya harga jual cabe rawit di pasaran hingga melebihi Rp 100 ribu per kilogram (Kg), tentu sangat menguntungkan bagi para petani tanaman tersebut. Kondisi ini semestinya dimanfaatkan secara serius oleh petani cabe untuk meningkatkan hasil produksinya, karena akan berimbas kepada meningkatnya penghasilan.
Seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Makmur Mandiri di Kelurahan Petuk Katimpun, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangka Raya, tingginya harga cabe sekarang ini dimanfaatkan dengan lebih
menggiatkan penanaman cabe dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan. Untuk panen perdana dari dua petak, hasilnya mencapai lebih dari 2 ton.
Hamparan tanaman cabe yang subur dengan buah yang memikat ini, terlihat saat Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Kalteng, Tute Lelo didampingi sejumlah stafnya, meninjau ke lokasi lahan milik Kelompok Tani Makmur Mandiri, Jumat (4/2).
“Penanaman cabe ini sebenarnya masih uji coba, dan kedepannya akan kita programkan terus. Karena kita ketahui selama ini, cabe menjadi salah satu tanaman yang membuat inflasi di daerah kita,” jelas Tute.
Dikatakan, sejak akhir tahun 2010 hingga akhir tahun 2011, Distanak Kalteng mempunyai program untuk pengembangan holtikultura dataran rendah termasuk cabe, dengan dana dari APBD Provinsi dan APBN, yang diperuntukan bagi bibit, pupuk, dan pengolahan lahan. Karena itu, diharapkan kepada semua Kabupaten/Kota bisa menanam cabe, sehingga kedepan Kalteng tidak lagi bermasalah dengan cabe.
“Kalau kita sudah bisa menghasilkan sendiri, maka kita tidak usah lagi mengharap kiriman cabe dari Pulau Jawa, karena di Kalteng ternyata potensial untuk lebih dikembangkan,” ucap Tute.
Dalam panen perdana ini, dari setiap pohon yang ditimbang, rata-rata menghasilkan cabe sebanyak 1,5 Kg, sehingga hasilnya mencapai sekitar 350 Kg sekali panen. Sekarang ini, memang hasil cabe Kalteng untuk daerah kita sendiri belum memenuhi, tetapi paling tidak, diharapkan bisa menetralkan harga pasaran khususnya di Kota Palangka Raya.
Untuk pupuk, menurut Tute, sebenarnya tidak ada masalah. Petani cabe diharapkan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang, karena kualitas cabe yang dihasilkan sudah cukup bagus.
Diungkapkan, dalam program tahun 2011, anggaran per kelompok dari APBN sekitar Rp 45 juta, dan nanti akan diupayakan adanya bantuan dari APBD Provinsi. Dana tersebut nantinya langsung masuk ke rekening kelompok tani, seperti dana bergulir. Karena untuk cabe ini, kalau petani berhasil melakukan panen awal, maka akan terus berlanjut tergantung dari kemauan para petani itu sendiri. Umumnya, untuk tanaman cabe dalam setahun bisa dilakukan empat kali panen. sya

0 komentar:

Posting Komentar