SAMPIT – Panitia Khusus (Pansus) Sawit yang dibentuk DPRD Kotawaringin
Timur dikabarkan masuk angin. Kecuali mulai tertutup dalam memberikan
informasi, sebagian anggotanya dikabarkan sudah mengantongi “bantuan” dari
pengusaha sawit di Jakarta.
Tanda-tanda mulai masuk anginnya Pansus terlihat dari sikap mereka yang
mulai tertutup. Kalau sebelumnya sejumlah pimpinan Pansus berkoar-koar untuk
membuka secara terang-benderang apapun temuan kepada pers, belakangan terkesan
menutup diri.
Salah satu buktinya adalah digelarnya rapat dengar pendapat dengan
eksekutif, terutama Badan Pertanahan Nasional (BPN), secara tertutup atas
permintaan seluruh peserta rapat. Hal ini tentu saja menimbulkan tanda tanya
terhadap Pansus yang dibentuk untuk membuka kebenaran tudingan bahwa sejumlah
pemilik sawit menguasai lahan melebihi legalitasnya.
Ketua Pansus, Kemikson Tarung, mencoba berkilah soal rapat tertutup itu. “Karena
masih menimbulkan perdebatan, kalau terekspos bahkan akan memperlebar
permasalahan. Lagi pula, rapat tertutup itu atas keinginan forum rapat,”
katanya.
Namun rapat yang digelar tertutup ini mengundang suara minor berbagai
pihak tentang sepak terjang sejumlah oknum pansus yang sangat lihai memanfaatkan
kesempatan di balik kesempitan.
Tak dipungkiri, dalam perjalanannya, Pansus telah menemukan
berbagai kejanggalan yang dilakukan oleh sejumlah PBS sawit yang ada di daerah.
Kejanggalan itu termasuk menyangkut perizinan maupun luas lahannya. Namun hal
itu bukannya ditindaklanjuti, namun dikabarkan dijadikan sebagai alat tawar.
Dalam bekerja pun Pansus Sawit kabarnya melakukan penelitian
secara tebang pilih dan terkesan ada yang dilindungi agar tidak
ditindaklanjuti oleh tim. Selain itu terkesan Pansus disetir oleh kekuatan
di luar Pansus itu sendiri.
Sumber PPost juga mengatakan,
sebenarnya tak perlulah Pansus ini sampai berkoordinasi dengan anggota DPR
RI karena sebelumnya sudah tuntas melakukan pertemuan dengan Gubernur Kalteng
Agustin Teras Narang. Padahal sebagian anggota ada yang tidak menginginkan
harus ke Jakarta, namun karena kengototan salah seorang oknum Pansus,
terpaksalah sebagian harus bertolak ke Jakarta.
Namun di balik itu berkembang rumor, bahwa ketika berada di Jakarta, Pansus
telah dihubungi oleh sejumlah pengusaha sawit melalui utusannya. Kabarnya,
pengusaha inilah yang menanggung segala biaya, termasuk keperluan hotelnya.
Kalau sudah seperti itu, papar sumber tersebut, apakah Pansus masih ada
giginya guna membongkar kasus yang menjadi sasaran penyelidikannya? Kehawatiran
itu sebenarnya sudah ditengarai saat sebelum terbentuknya Pansus Sawit ini.
”Apakah Pansus masih punya gigi bila saja telah menerima bantuan dari
pengusaha sawit? Padahal, anggota Pansus itu sudah memperoleh biaya SPPD dari
dewan,” tutur sumber tersebut meyakinkan.
Tetapi, tudingan itu dibantah Ketua Pansus, Kemikson Tarung. Dia menegaskan
timnya telah bekerja sesuai dengan acuan pansus. “Banyak pengusaha yang
ingin bertemu, namun saya tolak karena khawatir berimbas pada
kemandirian Pansus,” tegas politisi Partai Demokrat ini saat dihubungi melalui
ponselnya.ari
0 komentar:
Posting Komentar