SAMPIT – Program pendidikan dasar gratis tampaknya mengalami banyak rintangan, khususnya bagi yang berada di pedalaman. Informasi yang dihimpun PPost dari sejumlah warga daerah pedalaman yang jauh dari Kota Sampit sejumlah sekolah SD masih saja memberlakukan pungutan yang tidak seharusnya kepada orang tua siswa.
“Pihak sekolah bahkan tidak mau menerima saat orang tua muridnya menawar hanya Rp200 ribu dengan alasan itu sudah menjadi ketentuan sekolah,” katanya.
Karena itulah saat anaknya telah lulus sekolah SD dan melanjutkan ke SMP dirinya nekad memindahkan anaknya ke daerah Kecamatan Seranau untuk masuk SMP terdekat dengan harapan tidak terlalu banyak pungutan ini dan itu yang memberatkan.
“Kami ini orang tidak mampu, tapi ingin sekali menyekolahkan anak-anak kami setinggi-tingginya agar nasibnya kelak berubah tidak sama seperti kami,” katanya.
Jali, warga setempat yang lain mengungkapkan hal yang sama. “Mungkin karena jauh dari pengawasan sehingga pihak sekolah merajalela menjadikan murid-muridnya ladang bagi pencarian uang, sementara kualitas pengajaran mereka juga payah,” kritiknya.
Semangat para orang tua murid untuk meneruskan pendidikan putra-putrinya juga terkait dengan semakin sulitnya lahan pekerjaan di daerah pedalaman. Mereka berharap agar dengan pendidikan yang memadai bisa membuat perubahan hidup bagi putra-putrinya.
Namun kontroversi dengan kondisi tersebut, sejumlah warga di kawasan yang lain justru terlihat enggan melanjutkan pendidikan anak-anaknya. “Tamat SD ya berhenti saja, nanti kalau sudah besar sedikit kita masukkan saja jadi buruh di perkebunan sawit, hampir semua warga di sini juga begitu,” kata salah seorang warga Dusun Lamiring, Kecamatan Seranau.naf
0 komentar:
Posting Komentar